Buat kawan-kawan setia blog ini yang mau mendengarkan cerita dewasa dalam bentuk audio (suara cewek bos!) silahkan klik Disini Jangan lupa rajin-rajin berkunjung ke blog ane and jaga sikap kawan-kawan terhadap saudari-saudari kita. Cewek-cewek juga manusia gan. Dipergunakan untuk keperluan pribadi, TITIK

Jumat, 15 April 2011

Mengenal Sartre

Jean-Paul Sartre
Jean-Paul Sartre dikenal sebagai satrawan, filosof eksistensialis Lahir dari ayah seorang Katolik, ibu Protestan tapi ia menyatakan diri atheis.

Karya dalam bidang filsafat yang terkenal:
- L'Etre et Le Neant: Essai d'ontologie phenomenologique (Being and Nothingness -1943)
- L'Existensialisme est un Humanisme (Existensialism and Humanism -1946)

Pemikirannya meperlihatkan perngaruh dari tradisi rasionalisme kontinental, idealisme dan fenomenologi. Yang paling bepengaruh dalam pemikirannya adalah Husserl dan Heidegger.

Karyanya Psikologi Imajinasi memeperlihatkan pengaruh fenomenologi Husserl, walaupun ia tidak meyetujui kesimpulan2 Husserl. Perngaruh terbesar juga dari Heidegger tapi ia bukan seorang yang berhaluan Heideggerian.

Tema sentralnya adalah situasi manusia dalam dunia tanpa Tuhan. Fokus orientasi pemikirannya adalah probelem2 manusia yang paling eksistensial [Jones,1969] Menurutnya hanya manusia sajalah yang benar2 bereksistensi [Olafson,1976] Ide utama filsata eksistensialisme-nya adalah "eksistensi mendahului esensi"
Satre tidak percaya manusia diciptakan oleh image Tuhan atau oleh suatu tujuan yang bersifat ilahiah. Dia menegaskan "Man exist and that is all we can say abou it" [Patterson,1971] konsekuensinya adalah:
  1. Masing-masing individu memiliki hakikat sendiri-sendiri, tidak ada hakikat universal manusia yang hadir salam seluruh human being. Manusia adalah pencipta dirinya sendiri; ia terus mencipta atas dasar kemauan dan kebebasannya.
  2. Manusia adalah mahluk yang bertanggung jawab, karena ia memiliki kebebasan untuk memilih. Kebebasan itu tidak dibatasi oleh prakonsepsi yang sudah jadi dan oleh hakikat manusia yang tidak dapat berubah atau oleh tujuan-tujuan yang harus dipenuhi.

Konsep ontologi Satre berfokus pada yang-ada. Ontologinya ini didasarkan pada dualisme (walaupun tidak murni Cartesian) yaitu secara fenomenologis yang-ada (being) itu dibedakan menjadi dua macam: "Ada-dalam-diri" (Being-in-itself - L'etre-en-soi) dan "Ada-untuk-diri" (Being-for-itself -L'entre-pour-soi)

1. L'etre-en-soi
Menunjuk suatu cara bereksistensi secara terututp; apa yang ada sepenuhnya identik dengan dirinya sendiri. Tertutup, tanpa celah/lobang dan tanpa gerak sedikitpun untuk keluar dari dirinya. Tidak terdapat subjek-objek, sama sekali tidak punya relasi. Keberadaannya bersifat mengisi secara mandiri (self-contained) [Raymond,1989] "ada yang tidak berkesadaran" Seperti benda yang ada dengan sendirinya (it is what it is), hanya secara kebetulan; didak memerlukan keterangan lain. Jika L'etre-en-soi diciptakan Tuhan, maka ia berada dalam pikiran Tuhan atau diluarnya. Jika didalamnya, maka belum tercipta; jika diluarnya, maka bukan ciptaan, sebab berdiri sendiri. Ia hanya mempunyai pengertian dalam hubungannya dengan manusia, yaitu sebagai sarana tingkah laku manusia.

2. L'entre-pour-soi
Menunjuk pada cara beradanya manusia; sifatnya melebar (co-extensive) dengan dunia kesadaran dan sifat kesadaran yang berada diluar diri sesuatu atau seseorang. Raymond,1989] Dalam kesadaran barulah muncul subjek dan objek. Subjek berarti "pengada
yang sadar" dan objek adalah dia sendiri, sekedar disadari. Kesadaran tidak identik dengan dirinya karena ia hanya berdiri sebagai "subjek yang lain' yang tak terpisahkan dengan dirinya sendiri. Antara subjek yang menyadari dan objek yang disadari selalu terdapat jarak; jarak antara "aku" dan "diruiku" -- inilah yang disebut dengan ketiadaan (Notingless).
Ketiadaan adalah kesadaran yang senantiasa menampakan dirinya ditempat lain, di seberang kesadaran. Kesadaran manusia setiap saat ada dalam ketiadaan dan senantiasa mengadakan perubahan-perubahan menuju keberadaan, namun anehnya selalu jatuh pada ketiadaan. [Satre, Being and Nothingness]
Kesadaran seperti pada doktrin fenomenologi merupakan "kesadaran tentang" (consciousness of) yang berarti mengandung makna dua hal: kesadaran akan diri (consciousness of self) dan kesadaran akan sesuatu (consciousness of something).
Kesadaran-akan-sesuatu bersifat mutlak karena tidak ada dan tidak pernah ada kesadaran murni dalam diri seseorang. Ia sepenuhnya bersifat transparant sehingga kita tidak bisa menyentuhnya. Karena itu kita dapat definisiakan kesadaran sebagai "dia adalah bukan dia, tetapi dia yang bukan dia" [Raymond, 1989]

NOTHINGNESS

Kesadaran selalu cenderung menjadi sesuatu yang "tiada" Untuk menjadi sadar berarti menjadi sesuatu yang bukan dia dan menjadi "tiada" Ketiadaan bukanlah suatu hal yang abstrak, bukan pula berarti proses ke dunia lain (trans-wordly), tapi sebuah objek pengalaman manusia. Ketiadaan adalah sebuah tindakan kesadaran. Ketiadaan tidak mempunyai temapat dalam didalam struktur murni yang-ada. Ketiadaan tidak perlu memiliki kekuatan untuk menhasilkan dirinya. Ketiadaan memiliki eksistensi pinjaman (borrowed existence) Ia tidak ekesis, ia dibuat menjadi.

Dari mana asal ketiadaan?
"Manusia adalah Ada, melalui dirinya 'ketiadaan' datang kedunia" Namun agar manusia dapat menjadi sumber "ketiadaan", ia harus sudah memikirkan "ketiadaan" dalam dirinya sendiri. Jadi manusia bukan hanya menciptakan "ketiadaan" di dalam dirinya tapi juga memuat :ketiadaan" dalam dirinya sendiri.

Ini berarti, sifat realitas manusia itu unik, ia dapat memisahkan dirinya dari sesuatu objek dan dapat menyembunyikan dirinya sebagai sesuatu yang bukan objek. Artinya manusia tidak senantiasa terikat oleh realitas dunia objektif. Manusia dapat memisahkan dirina dari dunia, dan hal ini hana mungkin terjadi apabila manusia benar2 bebas.

KEBEBASAN.
Kebebasan manusia sangat penting, Satre:
"Everything that I have tried to write or do in my life was meant to stress the importace of freedom" [Anderson,1979]

Menurut Satre kita menhadapi dilema: Manusia sama sekali bebas atau sama sekali tidak bebas; tidak ada kemungkinan yang ketiga. Yang hendak ia lakukan adalah..
Pertama, menghantam semua bentuk determinisme yang mengklaim bahwa seluruh realitas, termasuk didalamnya manusia, segala aktivitasnya dapat dijelaskan dan dipresiksikan dengan hukum-hukum tertentu.
Kedua. mengcounter pandangan Freud yang menyatakan bahwa mungkin tak tersadari manusia telah membangun suatu kompleks. Menurutnya, tidak ada kompleks, kalau manusia membangun suatu kompleks maka manusia itu sendiri yang bertanggung jawab.
Dengan kebebassannya manusia membuat dirinya apa saja dan akan terus membuat dan membuat, karena manusia pada dasarnya tidak pernah identik dengan dirinya.
Konsep tentang "sesama manusia" (L'autrui) oleh Satre--seperti juga eksistensialis yang lain--dianggap merupakan unsur yang mutlak dalam kehidupan manusia. Ada bersama merupakan ada yang niscaya. Dasar ontologi kehidupan bersama tsb adalah berupa "konflik", suatu clash atau pertentangan terus menerus
Semua perjuampaan, semua bentuk pergaulan, manusia selalu mencoba merendahkan (regard) orang lain untuk menjadi objeknya yaitu menjadikan barang untuk kepentingan, kesenangan, kepuasan dirinya sendiri. Jadi antar umat manusia hanya mempunyai dua kemungkianan: dia menjadi subjek atau menjadi objek. Dia yang dimakan atau yang memakan ( L'enfer, c'ets les autes).





Daftar Pustaka:
"Sistem-sistem metafisika barat: dari Aristoteles sampai Derrida", Drs. Joko Siswanto, M.Hum., Pustaka Pelajar
Jones, W.T., 1969, "A HIstory of Western Philosophy Kant to Wittgeinstein and Satre", Harcourt, Barce & World Inc., New York
Olafson, F.A., 1967 "Jean-Paul Satre" dalam Paul Edawrds (ed), The Encyclopedia of Philosophy, The Macmillan Company & The Free Press, NewYork
Anderson, T.C., 1979, "The Foundation and Structure of Satrean Ethics" The
Regents Press, Lawrence??

0 komentar:

Posting Komentar