Sahabat spesial |
Seperti hadiah, ada yg isinya bagus dan ada isinya jelek. Yg isinya bagus punya jiwa yg begitu indah sehingga kita terpukau ketika berbagi rasa dengannya, ketika kita tahan menghabiskan waktu berjam-jam, saling bercerita dan menghibur, menangis bersama, dan tertawa bersama. Kita mencintai dia dan dia mencintai kita.
Isinya buruk punya jiwa yg terluka. Begitu dalam luka-lukanya sehingga jiwanya tidak mampu lagi
mencintai, justru karena ia tidak merasakan cinta dalam hidupnya. Sayangnya yg kita tangkap darinya
seringkali justru sikap penolakan, dendam, kebencian, iri hati, kesombongan, amarah, dll.
Kita tidak suka dengan jiwa-jiwa semacam ini dan mencoba menghindar dari mereka. Kita tidak tahu bahwa
itu semua BUKAN-lah karena mereka pada dasarnya buruk, tetapi ketidakmampuan jiwanya memberikan cinta karena justru ia membutuhkan cinta kita, membutuhkan empati kita, kesabaran dan keberanian kita untuk mendengarkan luka-luka terdalam yg memasung jiwanya.
Bagaimana bisa kita mengharapkan seseorang yg terluka lututnya berlari bersama kita? Bagaimana bisa
kita mengajak seseorang yg takut air berenang bersama? Luka di lututnya dan ketakutan terhadap
airlah yg mesti disembuhkan, bukan mencaci mereka karena mereka tidak mau berlari atau berenang bersama kita. Mereka tidak akan bilang bahwa "lutut" mereka luka atau mereka "takut air", mereka akan bilang bahwa
mereka tidak suka berlari atau mereka akan bilang berenang itu membosankan dll. Itulah cara mereka mempertahankan diri.
0 komentar:
Posting Komentar